قال رسول صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ تَعَالَى :  أَنَا مَعَ عَبْدِي حَيْثُمَا ذَكَرَنِي وَتَحَرَّكَتْ بِي شَفَتَاهُ  (صحيح  البخاري)
   
Sabda Rasulullah saw :
“Aku bersama hamba Ku ketika ia mengingat Ku dan bergetar bibirnya menyebut nama Ku” (Shahih Bukhari)
“Aku bersama hamba Ku ketika ia mengingat Ku dan bergetar bibirnya menyebut nama Ku” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah Swt yang telah menghadirkan kita  didalam kehadiran teragung sepanjang zaman yaitu kehadiran detik – detik  dimana kita sedang   mendekatkan diri kepada Allah. Dengan shalat, dengan dzikir, dengan  puasa, dengan zakat, dengan shadaqah dan semua amal shalih lainnya  diantaranya kehadiran   di majelis – majelis dzikir dan majelis taklim yang mana seluruh  kemuliaan dan kesucian itu tumpah ruah di majelis taklim dan majelis  dzikir seperti ini.
Limpahan Puji Kehadirat Allah Swt Maha Raja Alam Semesta yang  menguasai setiap hamba dan semua yang tercipta. Saya bicara “tercipta”  karena memang tidak   ada kehidupan yang dicipta terkecuali tercipta oleh Rabbul Alamin.  Dicipta oleh Allah bukan dicipta oleh makhluk lainnya.
Seorang suami istri menikah belum tentu bisa menghasilkan seorang  anak. Demikian pula hewan belum tentu bertelur, demikian pula tumbuhan  belum tentu   tumbuh jika ditanam. Akan tetapi ada samudera ketentuan Ilahi yang  mengatur segala kehidupan dan mengatur setiap nafasku dan nafas kalian.  Dia (Allah) Maha   Tahu berapa jumlah nafas kita, Dia (Allah) Maha Tahu berapa jumlah debu  yang kita injak, Dia (Allah) Maha Tahu berapa kali kita akan melihat  matahari terbit,   Dia (Allah) Maha Tahu perasaan kita, apakah kita menyesali dosa atau  justru malah sombong merasa tak butuh pengampunan. Maha Melihat sedang  melihat jiwamu   wahai hadirin – hadirat, wahai saudara – saudariku yang kumuliakan,  ingatlah Dzat yang paling pantas untuk diingat.
Kita bertanya kenapa ini dan untuk apa gunanya ibadah? Lalu apa  gunanya meninggalkan dosa? kalau semuanya sudah ditentukan oleh Allah  Jalla Wa Alla.   Jawabannya bukan itu, Hadits ini adalah tandzir (peringatan) li shalihin  al mutakabbir” hadits ini mempunyai 2 makna membawa kabar gembira dan  harapan bagi   para pendosa walau kau tinggal 1 jengkal saja dari api neraka. Allah  masih bisa membuatmu dan menerima taubatmu dan kau kembali kepada Allah  dalam keadaan   masuk surga. Jangan putus asa dari Rahmatnya Allah. Karena Allah mampu  membolak – balik keadaan hingga bagaimana keadaannya jiwamu kepada  Allah. Karena Allah   telah berfirman didalam hadits qudsiy ”ana ‘inda dzhanni ‘abdiy biy” Aku  bersama persangkaan hamba-Ku.
Seorang hamba siang dan malam tidak pernah bisa meninggalkan dosa,  siang dan malam tidak pernah terlintas hal yang baik tiba – tiba sekilas  ia melihat   atau mendengar sesuatu yang baik didalam Islam maka berubahlah ia kepada  Cahaya Keindahan Keridhoan Ilahi. Demikian keadaan para sahabaturrasul  radiyallahu   anhum. Orang – orang yang bejat, orang – orang yang kejam dan sadis  berubah menjadi ahlul sujud, berubah menjadi orang yang selalu tangannya  menengadah   kehadirat Allah, menjadi orang yang paling khusyu’ di muka bumi terkena  sinar cahaya nabawiy yang diterbitkan oleh Allah untuk membawa  kebahagiaan yang abadi   yang dibawa oleh Sayyidina Muhammad Saw. Sang Pembawa Risalah  kebahagiaan dunia dan akhirat Sayyidina Muhammad Saw. Dan Dialah (Allah)  yang menerbitkan   rahasia kebahagiaan itu. Dan Dialah (Allah) Yang Memiliki segala  kebahagiaan. Kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. 
Lalu bagaimana dengan orang yang selalu beramal baik? Kalau sudah  tinggal 1 hasta saja dengan surga sudah didahului ketentuan Allah, ia  masuk ke dalam   neraka beramal dengan amalan ahli neraka. Lalu apa gunanya ibadah?  Sebagaimana saya katakan ini adalah “tandzir li shalihin al  mutakabbirin”, ini   adalah peringatan bagi orang yang banyak beramal jangan sombong dengan  amalnya. Barangkali dengan kesombongannya itu, bisa Allah balik ia  berubah menjadi   orang yang menginginkan perbuatan jahat dan ia wafat dalam keburukan.  Demikian indahnya Sang Nabi saw menuntun para pendosa dan para shalihin.  Menuntun orang   yang berbuat baik selalu dan menuntun orang yang selalu berbuat dosa  agar berpadu dalam kemuliaan Illahi.
Sebelum kita berdzikir dan mengingat Allah, Allah sudah memberi kita  kehidupan dan itu pemberian yang tidak bisa diberikan oleh makhluk satu  sama lainnya.   Dan Allah Swt sebelum mengajak kita berdzikir, sudah menjadikan alam  semesta ini berdzikir. Hadirin – hadirat, namun manusia tidak  mendengarnya. Alam semesta   berdzikir kehadirat Allah, mengagungkan Nama Allah, tersisalah jiwaku  dan jiwa kalian yang sepi dari dzikrullah. Lihat keadaan teman – teman  kita, bangga dan   tenangnya dengan narkotika miliknya. Tahukan ia jika tersingkap baginya  keadaan temannya yang sedang menggelepar di alam barzah karena perbuatan  itu. Jika ia   melihatnya, ia akan bersujud terus dalam sujudnya hingga wafat. 
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika jenazah orang yang wafat  itu diusung. Jika jenazah shalihin, ia berkata  “qaddimuniy..qaddimuniy”  cepat   – cepat majukan aku, bawa ke makamku karena aku akan mendapatkan  kemuliaan. Tapi apabila yang wafat itu adalah orang – orang yang  fasiq, banyak   berbuat dhalim, banyak berbuat jahat maka ia berkata  “yaa waylahaa,  ayna yadzhabuu biha” ini mau dibawa kemana jasadku, jangan cepat –  cepat   dikuburkan, aku akan dimitai bertanggung jawab. Hadirin –  hadirat, Rasul saw bersabda “suara jeritan itu didengar oleh seluruh  makhluk terkecuali   jin dan manusia”. Jika mereka mendengarnya, mereka akan wafat karena  takutnya”.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,Allah berfirman “inna  zalzalatassa’ati syai’un adhim ” hari kiamat itu adalah hari yang  sangat dahsyat. QS.   Al Hajj : 1. Kenapa kita lihat itu? Hari itu orang yang punya  bayi yang diasuhnya dilempar bayi itu dan meninggalkan semua anaknya  karena takut   dimintai pertanggungjawaban. Anak ini diasuh dengan baik atau tidak,  diberi susu yang halal atau tidak, kau ajari ia keagungan Nama-Ku atau  tidak dari   takutnya semua anak dilempar oleh mereka. Dan wanita yang hamil  menggugurkan kehamilannya, kenapa? tidak mau bertanggung jawab atas satu  nyawa lagi selain   dirinya. Bertanggung jawab atas dirinya saja susah, apalagi bawa  tanggung jawab atas bayi yang baru lahir. Apakah diberi makanan yang  halal, apakah hari –   harinya diperbuat dengan hal yang baik. 
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari ketika ayat ini turun sebagian  para sahabat berjatuhan karena takutnya kepada Allah atas firmannya.  Nabi saw   mengumpulkan mereka. Manusia yang paling berkasih sayang, manusia yang  paling ramah, manusia yang tidak senang melihat manusia sedih dan risau,  seraya   berkata “absyiru..absyiru”  sini – sini mendekat. “Jangan  bergelimpangan menangis seperti itu, sini – sini berkumpul dekat  denganku”, kata   Rasul saw. Maka Rasul saw bersabda “hai umatku kalian ini aku  harapkan pasti menjadi ¼ penduduk surga”. Mendengar kata – kata itu,  , dihibur oleh Sang   Nabi saw, maka bertakbir para sahabat “Allahu Akbar,.masya Allah 1/4  ahli surga”. Maka ketika para sahabat terlihat gembira, Rasul saw  tambah lagi   “kalian tahu bahwa aku minta pada Allah bukan ¼ bahkan sepertiga dari  ahli surga”. “Allahu Akbar”, para sahabat bertakbir lagi. Lalu  Rasul tersenyum   dan berkata “hai, kalian tahukan kalau aku berdoa kepada Allah agar  kalian umat Muhammad ini menjadi ½ ahli surga” maka para sahabat  bertakbir.   Terputus riwayat Shahih Bukhari ini.Namun Diriwayatkan didalam riwayat  yang Shahih bahwa Rasul dipilihkan oleh Allah, “mau ½ umatnya masuk  surga atau   Syafa’at?”  Namun beliau saw memilih syafa’at karena kalau syafa’at  seluruh umatnya masuk ke dalam surganya Allah Swt.
Salahkah jika kita mencintai Nabi Muhammad Saw. Turun ayat yang  menggetarkan, Nabi saw langsung menghibur dan menenangkan sahabatnya.  Inilah Muhammad   Rasulullah saw.
Hadirin – hadirat, manusia yang paling tidak pernah ingin  mengecewakan orang lain. bahwa Rasul saw adalah orang yang tidak  mau mengecewakan makanan   sekalipun. Makanan itu bertasbih, jangan kau kira makanan itu  benda mati tidak bertasbih. Ia benda mati tapi ia hidup. Rasul tidak mau  mencaci   makanan, kalau tidak suka (kemanisan, kepahitan atau keasinan). Saya  tidak suka makanan ini. Kalau suka dimakan, kalau tidak suka  dimakan.(Shahih   Bukhari) Indahnya akhlak Nabiyyuna Muhammad Saw yang tidak mau  mengecewakan makanan sekalipun. 
Rasul saw diriwayatkan didalam Shahih Bukhari tiadalah beliau  dipilihkan untuknya 2 hal. Kalau disuruh pilih 2 hal untuk umatnya pasti  memilih yang   paling ringan untuk umatnya saw. Sampai sabda beliau saw yang  kita dengar riwayat Shahih Bukhari, Rasul bersabda “lawla an asyuqqa  alaa ummatiy la   amartuhum bissiwaaki ma’a kulli shalaatin” kalau bukan karena takut  merisaukan dan memberatkan umatku niscaya akan kuperintahkan mereka  memakai siwak   setiap kali akan shalat. Kira – kira kalau ini seandainya  dijadikan hal yang wajib memakai siwak, apakah berat? tidak berat.  Kecuali kalau diperintah   setiap mau shalat menginjak bara api dahulu, itu berat namanya. Kalau  cuma setiap akan shalat pakai siwak, apa beratnya? Hal seringan itu pun  Sang Nabi saw   tak ingin memberatkan umatnya yaitu kita. Inilah idola kita Sayyidina  Muhammad Saw, kenali idolamu Muhammad Rasulullah Saw, bukan orang yang  tidak pernah   sujud kepada Allah dan hari – harinya hanya membuat kebiadaban semakin  besar di muka bumi. Bagaimana muslimin mengambil idola mereka? Muslimin  mengeluarkan   harta yang banyak untuk membeli tiket berkumpul bersama mereka yang  tidak pernah sujud kepada Allah. Na’udzubillah!! kumpul bersama orang  yang tidak pernah   sujud kepada Allah. Bukankah idola kita manusia yang terindah Sayyidina  Muhammad Saw yang berkata “lawla an asyuqqa alaa ummatiy la amartuhum  bissiwaaki   ma’a kulli shalaatin” kalau bukan karena takut merisaukan dan  memberatkan umatku setiap akan shalat kuperintahkan mereka memakai  siwak. (Shahih   Buhari) Ingin rasanya kita jawab, “tidak berat ya Rasulullah kami  siap!!”. Cuma karena indahnya hatimu dan lembutnya hatimu dan kasih  sayangmu, beliau saw   tahu manusia ini bukan hanya ibadah seperti malaikat. Ada yang punya  keluarga, ada yang punya rumah tangga, ibu yang mengurus anak, anak yang  bakti kepada   ibu, ayah yang bekerja, Rasul saw tahu itu. Demikian indahnya dan  ringannya dan menakjubkannya tuntunan Nabiyyuna Muhammad Saw.
Hadirin, keberkahan muncul bagi beliau dan pada hari – hari beliau  saw. Dan Allah Swt tiada henti – hentinya melimpahkan kemuliaan bagi  mereka yang ingin   memuliakan hidupnya dengan tuntunan – tuntunan Nabiyyuna Muhammad Saw.
Rasul saw sewaktu – waktu, mengikuti budi pekertinya beliau. Ketika  Rasul saw didatangi 3 orang tamu “assalamu’alaikum warahmatullah”,  Rasulullah   diam.“assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh”, Rasulullah  tidak jawab, kali yang ketiga Rasul bertayammum lalu menjawab salam.  Para Sahabat   bertanya “ya Rasulullah dari tadi kami memberi salam dan kau tidak  jawab, kami kira kau murka pada kamidan kami adalah ahli neraka”,  Rasul menjawab   “bukan itu”, kata Rasul saw. “aku tidak ingin menjawab  terkecuali dengan keadaan suci”. Lailahailalllah, adakah akhlak  seperti ini?
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani didalam kitabnya Fathul Baari bisyarah  Shahih Bukhari menjelaskan makna yang pertama Nabi saw tidak mau dari  memuliakan   tamunya menjawab salam dalam keadaan tidak wudhu itu tidak sopan untuk  Nabi saw. Sampai beliau digelari “wa innaka la’alaa khuluqin adzim” dan  kau   sungguh berada didalam akhlak yang agung. (AL Qalam 4) Kenapa?  Mau terima tamu, mau menjawab salam saja harus berwudhu. Tidak ada air  didepannya baru   bertayammum dan barulah menjawab salam. Dan makna yang kedua adalah Nabi  saw tidak mau menyebut Nama Allah kecuali dalam keadaan wudhu, karena  AsSalam adalah   Nama Allah. Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah.
Hadits yang baru saja kita baca tadi “ana ma’a ‘abdi haitsu maa  dzakaranii wa taharrakat bii syafataah” Aku bersama hamba- hambaKu  ketika ia   mengingat-Ku dan bergetar bibirnya menyebut Nama-Ku. Al Imam Ibn  Hajar Al Asqalani didalam kitabnya Fathul Baari menjelaskan bahwa  maknanya bukan   berarti Allah bersama dia secara Dzat-Nya, tapi menunjukkan betapa cinta  dan senangnya Allah kepada orang yang mengingat Allah. Dan mengingat  Allah itu bukan   hanya dengan hati. Sebagian orang berkata bukan hanya dengan bibirnya  tapi hati itu mengingat Allah. Ternyata kita dengar haditsnya “..wa  taharrakat bii   syafataah” bergetar bibirnya menyebut Nama-Ku. Bukan bersama  Dzatnya Allah, namun bersama cintanya Allah hingga bibirnya yang  bergetar itu   menyebut Nama Allah maka ia bersama degan kecintaan Allah. Ternyata  Allah masih menghargai bibir yang menyebut Nama-Nya. Allah sangat  memuliakan bibir yang   mengagungkan Nama-Nya.
Hadirin – hadirat, inilah doa. Saya teringat satu hadits shahih  riwayat Imam Bukhari dimana kebijakan Allah melihat kebaikan hamba-Nya.  Allah senang   kepada hamba-Nya yang berbuat baik. Ketika seekor anjing kehausan,  seraya menjilat tanah dari hausnya. Ini ada 2 riwayat didalam Shahih  Bukhari. Riwayat yang   pertama yang melakukannya adalah pria, riwayat yang kedua yang  melakukannya wanita. Tentunya kedua – duanya barangkali terjadi karena  dua – duanya ada dalam   Shahih Bukhari. Pernah seorang pria melakukan dan pernah seorang wanita  yang melakukannya. Sampai anjing itu menjilat tanah dari hausnya. Ada  sumur, anjing   tidak bisa masuk ke dalam sumur. Maka ia mengambilkan air untuk anjing  itu dan berkata “ini untukmu”. Anjing itu minum dengan puasnya. Anjing  tidak bisa   berterima kasih, siapa yang berterima kasih padanya? Tidak ada. “Fasyakarallahu  lahu faghafara lahu” Allah berterima kasih kepada hamba itu, Allah   ampuni dosanya. Allah yang berterima kasih. Kebaikan pada seekor  anjing, hanya memberi minum seekor hewan najis, Kau berterima kasih  untuknya.   Alangkah indahnya Allah, alangkah agungnya Allah, alangkah mulianya  Allah, alangkah bersalah dan ruginya jiwa yang tidak mencintai Allah,  alangkah indahnya   Nama Allah, alangkah mulianya keagungan Allah, alangkah berharganya  orang yang ingin mendekat kepada Allah, alangkah berharganya pengampunan  yang ditawarkan   kepada para pendosa. 
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,Lalu ketika haidr, selesai  mereka dari kehadirannya. Ditanya oleh Allah, padahal Allah Maha Tahu.  Untuk apa Allah   Swt bertanya pada malaikat. Ucapan dan percakapan ini diperuntukkan  untuk umat agar tahu betapa mulianya Allah memuliakan orang yang hadir  di majelis dzikir.   Maka Allah Swt bertanya kepada malaikat “apa yang mereka perbuat?”,  malaikat menjwab “mereka berdzikir pada-Mu wahai Allah”. Allah  bertanya   “mereka berdzikir menyebut Nama-Ku, berdzikir pada-Ku, apakah mereka  melihat-Ku?” malaikat berkata “tidak ya Allah, mereka tidak  melihat-Mu”.   Maksudnya apa? Betapa indah jiwa yang berdzikir kepada Allah, padahal  mereka tidak melihat Allah. Allah sangat menghargai mereka. Allah tanya  malaikat   “lalu bagaimana kalau mereka melihat Aku saat mereka berdzikir?”  Malaikat menjawab “wahai Allah kalau sampai mereka itu melihat-Mu  saat berdzikir,   mereka tidak akan berdiri dari tempat dzikirnya dan terus berdzikir dan  semakin khusyu’ dzikirnya”. Allah bertanya “lalu apa yang mereka   inginkan?” malaikat menjawab “mereka berkata mereka menginginkan  surga wahai Allah”. Allah tanya “apakah mereka sudah melihat  surga?”,   malaikat menjawab “belum wahai Allah”. Allah bertanya “bagaimana  jika mereka melihat surga?” malaikat menjawab  “pasti ingin  lebih meminta   lagi wahai Allah”. Allah bertanya “lalu apa yang mereka  takutkan?”, malaikat menjawab “api neraka wahai Allah”. Allah  bertanya “api   neraka, apakah mereka sudah melihat neraka?” malaikat menjawab “belum  wahai Allah”. Allah bertanya “bagaimana kalau mereka melihat   neraka?”, malaikat menjawab “wahai Allah mereka akan sangat  ketakutan sekali, kalau sampai melihat api neraka”. Maka Allah  berkata “saksikan   malaikat-Ku, Aku sudah menghapus seluruh dosa mereka”. Malaikat  berkata “wahai Allah ada diantara mereka itu yang hadirnya tidak  ikhlas, punya hajat   dengan temannya dan kebetulan numpang duduk disitu, bagaimana dengan  keadaannya, tidak pantas mendapatkan pengampunan”. Allah menjawab “mereka  itu   adalah orang – orang yang barangsiapa duduk bersama mereka, Allah tidak  akan menghinakannya”. Duduk bersama orang berdizikir dimuliakan oleh  Allah Swt.   Demikian hadirin – hadirat.
Kita bermunajat kepada Allah Swt, semoga Allah Swt melimpahkan Rahmat  dan Keluhuran kepada kita, kepada bangsa kita, kepada muslimin –  muslimat. Jauhkan   musibah sejauh – jauhnya dari kita. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal  ikram.
Washallallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa  Sallam
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
                                              Terakhir Diperbaharui ( Wednesday, 22 April 2009 )
 





























